Riskiadi Saputra
Kamis, 05 April 2012
Kemenhub Pasang Alat Rp 1 T, Hindari Kecelakaan
TEMPO.CO, Jakarta- Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mengadakan alat anti-tabrakan (Automatic Train Protection) senilai Rp 1 triliun. Targetnya, pada 2015, alat tersebut akan terpasang di 424 stasiun kereta api, 350 lokomotif kereta rel diesel, dan 400 kereta rel listrik.
"Prinsipnya alat tersebut akan mengurangi ketergantungan pada masinis untuk keselamatan kereta api," kata Direktur Keselamatan Perkeretaapian Kemenhub, Hermanto Dwiatmoko, saat dihubungi Tempo via ponsel, Ahad 4 Maret 2012.
Teknisnya, jika masinis tidak bereaksi dalam empat detik setelah kereta api menginjak sensor di rel, padahal rambu-rambu (sinyal) menunjukkan perintah pengereman, alat akan menimbulkan bunyi peringatan untuk masinis. "Atau, secara otomatis kereta akan memperlambat laju hingga kecepatan yang dibutuhkan dan bahkan bisa mengerem sampai berhenti," kata Hermanto.
Sumber dana, menurut Hermanto, berasal dari APBN 2012. "Sudah kami usulkan," katanya. Untuk memasang satu alat di kereta api butuh dana hingga Rp 1 miliar.
Hermanto bilang saat ini sudah dilakukan uji coba pemasangan alat di 18 stasiun lintas Putuarjo-Solo dan 17 kereta api. Kereta api Pramex dipasang tiga alat, kereta api Madiun Jaya 2 alat, kereta api inspeksi 2 alat. "Total dana terpakai mencapai Rp 20 miliar," katanya.
Kepala Pusat Komunikasi Publik Kemenhub, Bambang S. Ervan, mengatakan pengkajian alat sudah dilakukan sejak 2010 yang diikuti uji coba dan contoh prototipe.
Selama rentang waktu tiga tahun ke belakang, penyebab kecelakaan kereta api disebabkan oleh human error yang berkontribusi hingga 51,24 persen, sarana (44,21 persen), dan prasarana (22,10 persen).
"Prioritas pemasangan di Pulau Jawa karena tercatat tingkat kecelakaan kereta apinya yang cenderung tinggi," katanya saat dihubungi Tempo via ponsel, Ahad 4 Maret 2012. Menurutnya, alat tersebut bisa mengawasi masinis karena pergerakan kereta akan terawasi.
Operator kereta api, yakni PT Kereta Api Indonesia, belum bisa berkomentar mengenai alat tersebut. "Sosialisasinya baru minggu depan," kata Sugeng Priyono, Kepala Hubungan Masyarakat PT KAI, dalam pesan pendeknya kepada Tempo, Ahad.
MUHAMAD RIZKI
"Prinsipnya alat tersebut akan mengurangi ketergantungan pada masinis untuk keselamatan kereta api," kata Direktur Keselamatan Perkeretaapian Kemenhub, Hermanto Dwiatmoko, saat dihubungi Tempo via ponsel, Ahad 4 Maret 2012.
Teknisnya, jika masinis tidak bereaksi dalam empat detik setelah kereta api menginjak sensor di rel, padahal rambu-rambu (sinyal) menunjukkan perintah pengereman, alat akan menimbulkan bunyi peringatan untuk masinis. "Atau, secara otomatis kereta akan memperlambat laju hingga kecepatan yang dibutuhkan dan bahkan bisa mengerem sampai berhenti," kata Hermanto.
Sumber dana, menurut Hermanto, berasal dari APBN 2012. "Sudah kami usulkan," katanya. Untuk memasang satu alat di kereta api butuh dana hingga Rp 1 miliar.
Hermanto bilang saat ini sudah dilakukan uji coba pemasangan alat di 18 stasiun lintas Putuarjo-Solo dan 17 kereta api. Kereta api Pramex dipasang tiga alat, kereta api Madiun Jaya 2 alat, kereta api inspeksi 2 alat. "Total dana terpakai mencapai Rp 20 miliar," katanya.
Kepala Pusat Komunikasi Publik Kemenhub, Bambang S. Ervan, mengatakan pengkajian alat sudah dilakukan sejak 2010 yang diikuti uji coba dan contoh prototipe.
Selama rentang waktu tiga tahun ke belakang, penyebab kecelakaan kereta api disebabkan oleh human error yang berkontribusi hingga 51,24 persen, sarana (44,21 persen), dan prasarana (22,10 persen).
"Prioritas pemasangan di Pulau Jawa karena tercatat tingkat kecelakaan kereta apinya yang cenderung tinggi," katanya saat dihubungi Tempo via ponsel, Ahad 4 Maret 2012. Menurutnya, alat tersebut bisa mengawasi masinis karena pergerakan kereta akan terawasi.
Operator kereta api, yakni PT Kereta Api Indonesia, belum bisa berkomentar mengenai alat tersebut. "Sosialisasinya baru minggu depan," kata Sugeng Priyono, Kepala Hubungan Masyarakat PT KAI, dalam pesan pendeknya kepada Tempo, Ahad.
MUHAMAD RIZKI
Kereta baru malioboro ekspress
Yogyakarta (ANTARA News) - PT Kereta Api Daerah Operasional VI Yogyakarta akan meluncurkan kereta api relasi Yogyakarta-Malang pada 21 April, atau tepat pada perayaan Hari Kartini.
"Rencananya, kereta api relasi Yogyakarta-Malang ini akan diberi nama Malioboro Ekspres atau 'Molek karena ikon Yogyakarta adalah Malioboro. Untuk sementara, kami menyebutnya seperti itu," kata Kepala Humas PT Kereta Api Daerah Operasional VI Yogyakarta, Eko Budiyanto, di Yogyakarta, Rabu.
Menurut dia, peluncuran kereta api yang khusus menghubungkan kedua kota tersebut diharapkan mampu mendukung pengembangan pariwisata dan pendidikan di Yogyakarta.
"Apalagi, kedua kota itu adalah kota pendidikan dan memiliki potensi pariwisata yang cukup besar. Permintaan penumpang untuk tujuan Yogyakarta dan Malang pun cukup banyak," katanya.
Selama ini, belum ada kereta api yang khusus menghubungkan kedua kota tersebut. PT Kereta Api hanya memiliki kereta yang transit di Yogyakarta kemudian meneruskan perjalanan hingga tujuan akhir di Malang.
Kereta tersebut adalah Malabar yang menghubungkan Bandung-Malang dan juga Gajayana yang menghubungkan Jakarta-Malang.
Kereta Api Malioboro Ekspres tersebut rencananya akan membawa rangkaian kereta kelas eksekutif dan ekonomi AC, masing-masing tiga gerbong.
Untuk kelas eksekutif, tarif dipatok antara Rp175.000 hingga Rp300.000 untuk sekali perjalanan, sedang di kelas ekonomi AC tarifnya adalah antara Rp110.000 hingga Rp200.000 sekali perjalanan.
"Memang cukup mahal, karena perjalanan antara Yogyakarta-Malang pun cukup lama, yaitu sekitar tujuh jam," katanya.
Kapasitas maksimal dari Malioboro Ekspres tersebut adalah 390 penumpang yang terdiri dari 150 penumpang untuk kelas eksekutif dan 240 penumpang untuk kelas ekonomi AC.
Kereta tersebut akan diberangkatkan dari Yogyakarta pada pukul 21.00 WIB dan tiba di Malang sekitar pukul 04.00 WIB. Sedang dari Malang diberangkatkan pada pukul 08.30 WIB dan diperkirakan tiba di Yogyakarta pada pukul 16.19 WIB.
"Kami berkomitmen memberikan pelayanan terbaik untuk penumpang. Kereta yang akan digunakan untuk Malioboro Ekspres adalah kereta yang benar-benar laik jalan," kata Eko.
(E013)
"Rencananya, kereta api relasi Yogyakarta-Malang ini akan diberi nama Malioboro Ekspres atau 'Molek karena ikon Yogyakarta adalah Malioboro. Untuk sementara, kami menyebutnya seperti itu," kata Kepala Humas PT Kereta Api Daerah Operasional VI Yogyakarta, Eko Budiyanto, di Yogyakarta, Rabu.
Menurut dia, peluncuran kereta api yang khusus menghubungkan kedua kota tersebut diharapkan mampu mendukung pengembangan pariwisata dan pendidikan di Yogyakarta.
"Apalagi, kedua kota itu adalah kota pendidikan dan memiliki potensi pariwisata yang cukup besar. Permintaan penumpang untuk tujuan Yogyakarta dan Malang pun cukup banyak," katanya.
Selama ini, belum ada kereta api yang khusus menghubungkan kedua kota tersebut. PT Kereta Api hanya memiliki kereta yang transit di Yogyakarta kemudian meneruskan perjalanan hingga tujuan akhir di Malang.
Kereta tersebut adalah Malabar yang menghubungkan Bandung-Malang dan juga Gajayana yang menghubungkan Jakarta-Malang.
Kereta Api Malioboro Ekspres tersebut rencananya akan membawa rangkaian kereta kelas eksekutif dan ekonomi AC, masing-masing tiga gerbong.
Untuk kelas eksekutif, tarif dipatok antara Rp175.000 hingga Rp300.000 untuk sekali perjalanan, sedang di kelas ekonomi AC tarifnya adalah antara Rp110.000 hingga Rp200.000 sekali perjalanan.
"Memang cukup mahal, karena perjalanan antara Yogyakarta-Malang pun cukup lama, yaitu sekitar tujuh jam," katanya.
Kapasitas maksimal dari Malioboro Ekspres tersebut adalah 390 penumpang yang terdiri dari 150 penumpang untuk kelas eksekutif dan 240 penumpang untuk kelas ekonomi AC.
Kereta tersebut akan diberangkatkan dari Yogyakarta pada pukul 21.00 WIB dan tiba di Malang sekitar pukul 04.00 WIB. Sedang dari Malang diberangkatkan pada pukul 08.30 WIB dan diperkirakan tiba di Yogyakarta pada pukul 16.19 WIB.
"Kami berkomitmen memberikan pelayanan terbaik untuk penumpang. Kereta yang akan digunakan untuk Malioboro Ekspres adalah kereta yang benar-benar laik jalan," kata Eko.
(E013)
Editor: Ade Marboen
Langganan:
Postingan (Atom)